Di malam bulan
Purnama tepat perayaan Saraswati di pelataran Pure Burkit darma di laksanakan
lah upacara suci untuk memohon perlindungan kepada Tuhan yang maha esa dari
malapetaka yang akan mengancam Putri Muraksi
Putri Raja Nalendra
yang Agung bersama dengan Eyang resi Gusti Nayatama
dan para pelayan Putri
kerajaan segera melakukan upacara di pelataran Pure.
Mantra suci di
lanturkan hingga menembus awan hitam yang menutupi sang bulat yang bulat
sempurna, Angin menghembus kencang membawa aroma semerbak dupa dan bunga ke
seluruh pelataran Burkit Darma.
Tarian Putri dan dayang sebagai ungkapan untuk
memohon belas kasih tuhan, agar di jauhkan dari sumpah dan kutukan Rangda Ida
Ratu Messoleh yang akan membalas dendam.
Dengan wajah yang
menyeramkan, mata yang merah menyala dan gigi gigi yang menyerengat, Rangda Ida
Ayu Messoleh datang dengan suara memekik di tengah malam mencengkram, mengobrak
abrik pelataran Pure Agung dengan ganas, kuku kuku panjang mencengkram, dengan
tatapan mata tajam mengincar sang Ratu, seluruh dayang melindungi sang Ratu
dari incaran Rangda Ida Ratu Messoleh atau sang leak,,, Wahai tuhan yang maha
perkasa selamatkanlah Putri kami dari cengkraman Iblis Laknat ini, Hanya
kekuatan yang agung lah yang mampu meluntarkan sang Rangda ke dalam api
kesucian.
Datanglah Jatayu
putra Garuda menghempakkan sayap yang perkasa dari ujung cakrawala dengan paruh
setajam pedang dan kesaktian tinggi di antar oleh Raja Arsa Wijaya sang utusan
Dewa Wisnu,
Rangda Ida Ratu
Messoleh melawan dengan ganas dan membabibuta sang Jatayu,,,Jatayu menangkis
segala serangan dengan sayap yang kokoh bagai tembok baja untuk berusaha
menyelamatkan sang Ratu.
Kekuatan sang Rangda
Ida Ratu Messoleh melumpuhkan sang Jatayu, membuatnya tidak mampu menggerakkan
tubuhnya sama sekali, hingga sang leak mampu menculik sang Ratu yang bijaksana,
Para dayang menangis dan meratap melihat Putri yang menghilang di balik
kegelapan malam dan melihat sang Putra Garuda sekarat.
Dan di lanturkanlah
mantra mantra untuk memohon pertolongan kepada tuhan agar Jatayu dapat membuka
matanya lagi.
Hingga diambillah
dupa yang paling wangi di seluruh pelosok pulau Bali ,dupa yang di racik Tetua
dan Maharesi, setiap dayang menyalakan dupa tersebut,dan menyalakannya seraya
memanggil sang Jauk Manis Dewa penguasa hutan belantara.
Tercium asap dupa
yang semerbak dari seluruh penjuru Pure,Terlihat dari arah pintu Raja Jauk
Manis dengan mahkota emas yang menyala bagai terik sang surya mendekati para
dayang yang sedang merintih, Jauk Manis dengan wajah putih dan berkarisma
memberikan sebagian kekuatannya yang ia miliki kepada sang Jatayu.
Kedatangan Jauk Manis
memancing Dewi dari khayangan ialah Putri Cendrawasih yang terbang dari tempat
yang tinggi mendatangi pelataran Pure suci Burkit Darma, Dengan wajah cantik
seperti Bidadari dia menari untuk menghibur para dayang yang masih merasa
sedih, Putri Cendrawasih menghempakkan sayapnya yang indah,setiap hempakan
sayapnya menghembuskan angin awet muda,dan itulah yang di dapatkan para dayang
dari Putri Cendrawasih.
Setelah Cendrawasih
pergi datanglah Dewa kera Hanoman dia mendapatkan utusan dari Raja Arsa Wijaya
untuk menyelamatkan seisi pure dari ancaman sang leak, dengan cengkraman yang
kuat bagaikan cangkar tambal Hanoman berjanji tidak akan mundur satu jangkahpun
dari serangan sang Rangda Ida Ayu Messoleh beserta Rangda Ida Ayu Anggara Puspa
dan Rangda Ida Ayu Jinten
Dengan penuh wibawa
dan kehormatan Raja Arsa Wijaya datang bersama pengawal Gaibnya yang tak
terlihat, beliau datang untuk mengambil Ratu dari tangan Rangda Ida Ayu
Messoleh yang selama ini telah beliau incar, satu persatu dayang beliau amankan
ke tempat yang terlindung.
Menunggu pertarungan
dahsyat akan terjadi antara Ratu kegelapan sang Rangda Ida Ayu Messoleh beserta
2 leak lainnya melawan Raja Arsa Wijaya penguasa kerajaan Nalendra, Eyang resi
Nayatama menyiapkan keris Naga Basuki,
dengan diiringi dua dayang sang resi
berjalan lambat,sambil memantrai keris pusaka tersebut, hingga akhirnya berada
di tangan sang Raja Arsa Wijaya.
Hanya orang
terpilihlah dan sakti saja yang mampu memegang keris tersebut,berat keris naga
basuki bagaikan mengangkat satu ekor sapi, inilah keris paling sakti yang
pernah di buat para empu dan leluhur.
Bumi terguncang
dengan dahsyat angin badai menyapu segala yang ia lewati,dengan awan hitam
menutupi permukaan bumi. Raja Arsa Wijaya menantang leak putih bernama Rangda
Ida Ayu Messoleh beserta leak hitam bernama Rangga Ida ayu Anggara Puspa,dan
leak merah Rangga Ida Ayu Jinten. Satu demi satu Rangda datang dengan murka,
Raja Arsa Wijaya tidak gentar untuk membunuh para leak iblis tersebut