BLOG RESMI GARUDA WISNU SATRIA MUDA

Tuesday 24 January 2017

ALUR CERITA/KOREOGRAFI versi lama GWSM





Di malam bulan Purnama tepat perayaan Saraswati di pelataran Pure Burkit darma di laksanakan lah upacara suci untuk memohon perlindungan kepada Tuhan yang maha esa dari malapetaka yang akan mengancam Putri Muraksi

Putri Raja Nalendra yang Agung bersama dengan Eyang resi Gusti Nayatama
 dan para pelayan Putri kerajaan segera melakukan upacara di pelataran Pure.
Mantra suci di lanturkan hingga menembus awan hitam yang menutupi sang bulat yang bulat sempurna, Angin menghembus kencang membawa aroma semerbak dupa dan bunga ke seluruh pelataran Burkit Darma.
 Tarian Putri dan dayang sebagai ungkapan untuk memohon belas kasih tuhan, agar di jauhkan dari sumpah dan kutukan Rangda Ida Ratu Messoleh yang akan membalas dendam.

Dengan wajah yang menyeramkan, mata yang merah menyala dan gigi gigi yang menyerengat, Rangda Ida Ayu Messoleh datang dengan suara memekik di tengah malam mencengkram, mengobrak abrik pelataran Pure Agung dengan ganas, kuku kuku panjang mencengkram, dengan tatapan mata tajam mengincar sang Ratu, seluruh dayang melindungi sang Ratu dari incaran Rangda Ida Ratu Messoleh atau sang leak,,, Wahai tuhan yang maha perkasa selamatkanlah Putri kami dari cengkraman Iblis Laknat ini, Hanya kekuatan yang agung lah yang mampu meluntarkan sang Rangda ke dalam api kesucian.

Datanglah Jatayu putra Garuda menghempakkan sayap yang perkasa dari ujung cakrawala dengan paruh setajam pedang dan kesaktian tinggi di antar oleh Raja Arsa Wijaya sang utusan Dewa Wisnu,
Rangda Ida Ratu Messoleh melawan dengan ganas dan membabibuta sang Jatayu,,,Jatayu menangkis segala serangan dengan sayap yang kokoh bagai tembok baja untuk berusaha menyelamatkan sang Ratu.
Kekuatan sang Rangda Ida Ratu Messoleh melumpuhkan sang Jatayu, membuatnya tidak mampu menggerakkan tubuhnya sama sekali, hingga sang leak mampu menculik sang Ratu yang bijaksana, Para dayang menangis dan meratap melihat Putri yang menghilang di balik kegelapan malam dan melihat sang Putra Garuda sekarat.
Dan di lanturkanlah mantra mantra untuk memohon pertolongan kepada tuhan agar Jatayu dapat membuka matanya lagi.
Hingga diambillah dupa yang paling wangi di seluruh pelosok pulau Bali ,dupa yang di racik Tetua dan Maharesi, setiap dayang menyalakan dupa tersebut,dan menyalakannya seraya memanggil sang Jauk Manis Dewa penguasa hutan belantara.

Tercium asap dupa yang semerbak dari seluruh penjuru Pure,Terlihat dari arah pintu Raja Jauk Manis dengan mahkota emas yang menyala bagai terik sang surya mendekati para dayang yang sedang merintih, Jauk Manis dengan wajah putih dan berkarisma memberikan sebagian kekuatannya yang ia miliki kepada sang Jatayu.

Kedatangan Jauk Manis memancing Dewi dari khayangan ialah Putri Cendrawasih yang terbang dari tempat yang tinggi mendatangi pelataran Pure suci Burkit Darma, Dengan wajah cantik seperti Bidadari dia menari untuk menghibur para dayang yang masih merasa sedih, Putri Cendrawasih menghempakkan sayapnya yang indah,setiap hempakan sayapnya menghembuskan angin awet muda,dan itulah yang di dapatkan para dayang dari Putri Cendrawasih.

Setelah Cendrawasih pergi datanglah Dewa kera Hanoman dia mendapatkan utusan dari Raja Arsa Wijaya untuk menyelamatkan seisi pure dari ancaman sang leak, dengan cengkraman yang kuat bagaikan cangkar tambal Hanoman berjanji tidak akan mundur satu jangkahpun dari serangan sang Rangda Ida Ayu Messoleh beserta Rangda Ida Ayu Anggara Puspa dan Rangda Ida Ayu Jinten

Dengan penuh wibawa dan kehormatan Raja Arsa Wijaya datang bersama pengawal Gaibnya yang tak terlihat, beliau datang untuk mengambil Ratu dari tangan Rangda Ida Ayu Messoleh yang selama ini telah beliau incar, satu persatu dayang beliau amankan ke tempat yang terlindung.
Menunggu pertarungan dahsyat akan terjadi antara Ratu kegelapan sang Rangda Ida Ayu Messoleh beserta 2 leak lainnya melawan Raja Arsa Wijaya penguasa kerajaan Nalendra, Eyang resi Nayatama menyiapkan keris Naga Basuki,
dengan diiringi dua dayang sang resi berjalan lambat,sambil memantrai keris pusaka tersebut, hingga akhirnya berada di tangan sang Raja Arsa Wijaya.
Hanya orang terpilihlah dan sakti saja yang mampu memegang keris tersebut,berat keris naga basuki bagaikan mengangkat satu ekor sapi, inilah keris paling sakti yang pernah di buat para empu dan leluhur.
Bumi terguncang dengan dahsyat angin badai menyapu segala yang ia lewati,dengan awan hitam menutupi permukaan bumi. Raja Arsa Wijaya menantang leak putih bernama Rangda Ida Ayu Messoleh beserta leak hitam bernama Rangga Ida ayu Anggara Puspa,dan leak merah Rangga Ida Ayu Jinten. Satu demi satu Rangda datang dengan murka, Raja Arsa Wijaya tidak gentar untuk membunuh para leak iblis tersebut

Thursday 19 January 2017

Cendrawasih



Tari Cendrawasih merupakan tarian yang mengisahkan tentang sepasang burung Cendrawasih yang sedang memadu kasih. Dalam  Babad Bali pengertian Tari Cendrawasih adalah kehidupan burung Cendrawasih di pegunungan Irian Jaya pada masa birahi.Tari Cendrawasih initermasuk tari berpasangan yang ditarikan oleh dua penari putri atau kelipatannya, kendatipun dasar pijakannya adalah gerak tari tradisi Bali, beberapa pose dan gerakannya dari tarian ini telahdikembangkan sesuai dengan interpretasi penata dalam menemukan bentuk – bentuk baru sesuai dengan tema tarian ini. Tema tarian ini adalah pantomim yang berarti menirukan gerakan.Dalam busana tarian ini ditata sedemikian rupa agar dapat memperkuat danmemperjelas desain gerak yang diciptakan. Tarian ini di ciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (yang juga sebagai penata busana dari pada tarian ini) dalam rangka mengikuti Festival Yayasan Walter Spies. penata tabuh pengiring adalah I Wayan Beratha dan I Nyoman Widha pada tahun 1988.
Di dalam Garuda Wisnu Satria Muda sendiri koreografi yang dulu di sajikan dengan sosok Jatayu yang sama” bercorak seekor burung, namun berjalannya waktu koreo itu di ubah dengan berbagai alasan kami
Penyajian  musik  Tari  Cendrawasih  juga didukung oleh  beberapa aspek penunjangnya, yaitu pelaku (penari dan penabuh), gerak atau koreografi, musik dan  lagu,  rias busana,  serta peralatan  penunjang lainnya. Musik tari cendrawasih ini terinspirasi dari melihat dan mendengar musik  tari klasik,  tari  jaipong dan  musik  tari  Bali. Dalam koreografi GWSM yang dulu kami menyajikan Tari Cendrawasih ini menggunakan pola lantai gerak tari berpasangan dengan Jatayu, yaitu :
Pemeson.
  • Pada awal penari Cendrawasih muncul ke panggung dan diawalai dengan Nyerigsig ke depan.
  • Lalu dilanjutkan dengan gerakan berputar ke kakan lalu Agem kanan
  • Kemudian bergeser ke kiri lalu  Agem kiri.
  • Lalu kembali lagi ke gerakan agem kanan namun pada gerakan ini ada variasi di iringi dengan bergeser ke kanan.
  • Lalu Agem kiri variasi dengan di iringi bergeser ke kiri.
  • Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan nyelendo di iringin melakah 2 kali ke belakang.
  • Gerakan selanjutnya adalah nyeledet kanan lalu nyeledet ke kiri
  • Lalu dilanjutkan dengan gerakan Nyosol ke arah pojok kanan depan 2 kali lalu agem kiri.
  • Gerakan selanjutnya sama, namun pada gerakan ini menuju arah pojok kiri depan lalu agem kanan dan gerakan selanjutnya diulang 3 kali dari nyelendo sampai nyolsol.
Pengawak.
  • pada gerakan selanjutnya penari Jatayu memasuki panggung dan langsung menuju gerakan meiberan sambil berputar berlawanan arah.
  • Setelah gerakan meiberan dilanjutkan dengan gerakan agem kanan cendrawasih.
  • Gerakan selanjutnya adalah ngengsog atau ngombak angke dengan di iringi dengan gerakan mekecog ke kanan.
  • gerakan selajutnya adalah berputar kekanan dan mekecog lalu menuju gerakan nengok lalu angem kiri Jatayu
  • kemudian dilanjutkan dengan gerakan nyolsol dan meancogan langsung nyigsik. Setelah gerakan ini selanjutnya gerakan diulang 2x dari gerakan setelah ngengsog sampai gerakan nyigsig.
Pengipuk.
  • gerakan selanjutnya adalah meibingan
  • meiberan
  • agem kiri cendrawasih
  • berputar ke kiri lalu nengok
  • agem kanan JAtayu
  • ngegol sambil mengepakan sayap
  • meibingan
  • meiberan
  • meibingan
  • agem kanan, agem kiri, agem kanan
  • putar badan sambil ngepak sayap

Sejarah dan perkembangan kesenian tari pendet





Sejarah dan perkembangan kesenian tari pendet - Pencarian kesenian dan tarian budaya dengan kata kunci " Sejarah dan perkembangan kesenian tari pendet " di temukan di suog.co. Untuk mencari informasi atau artikel sejarah yang sesuai dengan tarian, lagu daerah, alat musik tradisional, budaya, gambar, kesenian, asal usul, asal muasal, cerita rakyat anda dapat menuliskan kata kunci yang ada pada kolom pencarian yang sudah tersedia.
Dengan semakin berkembang nya teknologi internet, situs suog.co berusaha untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan sejarah di dunia, khususnya kesenian. Situs suog.co memiliki ratusan artikel kesenian tari dan alat musik tradisional misal " Sejarah dan perkembangan kesenian tari pendet " yang di anda jadikan masukan atau bahan referensi ilmu pengetahuan anda.
Tari Pendet merupakan kesenian tari yang berasal dari pulau Bali. Tari pendet adalah suatu pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.
Tari Pendet diciptakan oleh seorang maestro tari dari Bali yaitu I Wayan Rindi (1967), I Wayan Rindi menjadikan tari pendet sebagai penggubah tarian sakral yang bisa di pentaskan di pura setiap upacara keagamaan. Asal usul tari pendet diciptakan adalah untuk  tari pemujaan yang banyak dipentaskan di Pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Inti Gerakan Tari pendet adalah untuk  simbol penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, beberapa seniman di pulau Bali merubah Tari Pendet menjadi “tarian ucapan selamat datang”, tetapi Tari pendet tetap mengusung unsur sakral dan religius yang menjadi ciri  tari pendet.
Sejarah Perkembangan Tari Pendet
Sebelumnya Tari Pendet telah lahir sejak tahun 1950 sebelum pada 1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari pendet tersebut dengan pola seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya menjadi lima orang. Berselang setahun kemudian, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari pendet massal dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta. 1967 koreografer bentuk modern Tari Pendet. Pada tahun 1967 I Wayan Rindi seorang koreografer menciptkan bentuk modern tari Pendet ini adalah (?-1967), merupakan penari yang dikenal luas sebagai penekun seni tari dengan kemampuan menggubah tari dan melestarikan seni tari Bali melalui pembelajaran pada generasi penerusnya. Semasa hidupnya ia aktif mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari Pendet kepada keturunan keluarganya maupun di luar lingkungan keluarganya. Disamping itu tari Pendet tetap mengandung anasir sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental.
Ciri-ciri Tari Pendet
Tata Busana Tari Pendet
Perkembangan busana memberikan ciri khas bahwa tari Pendet Balih-balihan merupakan tarian hiburan atau tarian “Ucapan Selamat Datang”. Busana di buat semenarik mungkin agar dapat memikat daya tarik penonton. Tata busana pada tari Pendet yang saya tonton adalah sebagai berikut:
  • Tapih berwarna hijau dengan motif crapcap
  • Cara penggunaan tapih sama halnya seperti memakai kain biasa, hanya saja ujung tapih ditaruh dibelakang dan harus menutupi mata kaki penari.
  • Kamen berwarna merah dengan motif mas – masan dengan pemakaian kamen biasa.
  • Cara penggunaan kamen pada tarian ini sama dengan penggunaan kamen pada umumnya.
  • Angkin prada berwarna kuning dan memakai motif tumpeng
  • Selendang berwarna merah tanpa motif yang dililit di badan penari
Tata Rias Tari Pendet
Tata rias pada dasarnya diperlukan untuk memberikan tekanan atau aksentuasi bentuk dan garis-garis muka sesuai dengan karakter tarian. Pada Tari Pendet ini menggunakan rias putri halus. Alat – alat tata rias yang dipakai dalam Tari Pendet adalah sebagai berikut:

Wednesday 18 January 2017

Bujang Ganong (Ganongan)



Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang energik dalam Seni Reyog Ponorogo. Sosok yang kocak sekaligus mempunyai keahlian lebih dalam seni bela diri. Sehingga dalam setiap pertunjukan Reyog Ponorogo, penampilannya selalu ditungu-tungu oleh penonton khususnya di kalangan anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang patih muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.

Dari salah satu versi cerita, Bujangganong adalah adik seperguruan dari Klonosewandono yang kemudian mereka berdua bertemu kembali dan bersatu, mendirikan kerajaan Bantarangin. Klonosewandono sebagai raja dan Bujangganong sebagai Patihnya. Dalam dramaturgi seni pertunjukkan reyog, Bujangganong lah yang dipercaya sebagai utusan dan duta Prabu Klonosewandono untuk melamar Dewi Songgolangit ke Kediri.


Secara fisik Bujang Ganong digambarkan bertubuh kecil, pendek dan berwajah buruk, berhidung besar, mata bulat besar melotot, bergigi tonggos dan berambut panjang gimbal . Bujang Ganong dalam seni reyog obyog masa lalu tak banyak memainkan peran. Bujangganong hanya menjadi pelengkap dan sebagai sosok jenaka penghibur penonton, untuk mencairkan suasana. Bertingkah kocak sekehendak hati diikuti gamelan, menggoda barongan reyog, menggoda jathil dan juga berinteraksi menggoda penonton. Belum banyak tarian dan akrobatik-akrobatik Bujang Ganong yang ditampilkan waktu itu.

Baru kemudian mulai tahun 1980-an tarian Bujang Ganong dikembangkan dan ditambahkan akrobatik-akrobatik, hingga sampai ke panggung festival dan akhirnya kita mengenal tari Bujangganong seperti sekarang ini. Tokoh-tokoh penari Bujangganong waktu itu yang terkenal seperti : Pak Lekik, Pak Slamet dan Wisnu HP dari generasi mudanya.

Bujang Ganong, meskipun secara fisik cenderung buruk rupa, tapi mempunyai kualitas yang tinggi. Sakti dan mumpuni, loyalitas tanpa batas namun lembut dan jenaka, terampil, serba bisa dan cerdas. Seorang abdi dan perwira tinggi sekaligus pamong yang penuh dedikasi, rendah hati, jujur, tulus tanpa pamrih.

Dari versi cerita yang lain, Bujang Ganong dipercaya adalah karakter yang mewakili Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam­–salah satu tokoh sakti sekaligus cendikia Majapahit–yang menggunakan seni pertunjukkan reyog sebagai media kritik terhadap raja Majapahit waktu itu, Brawijaya V Bre Kertabumi. Gaya pemerintahan Bre Kertabumi yang seolah didikte oleh permaisurinya, digambarkan dengan seekor burung merak yang bertengger di kepala harimau. Ki Ageng Kutu dalam kritiknya–melalui seni pertunjukkan reyog–membangun karakter Bujangganong dengan segala sifat-sifat keperwiraan yang mengabdi demi tanah air. Melalui seni pertunjukkan Reyog dan tokoh Bujangganong dengan segala kualitas yang dimilikinya, Ki Ageng Kutu mencoba menyampaikan kebenaran dengan kesederhanaannya sekaligus teladan dengan gerak dan rasa yang konkrit.

Hingga kemudian, Bujang Ganong bukan hanya sekedar sebuah tontonan yang atraktif tapi keteladanannya mengandung tuntunan yang luhur, bahwa kualitas seseorang tidak bisa di ukur dari penampilan fisik semata. Kualitas karakter ini yang membuat Bujangganong memegang peranan penting dan menjadi tokoh sentral dalam dramaturgi seni pertunjukkan Reyog Ponorogo.

Bujang Ganong dengan segala peran dan kualitasnya menawarkan sebuah alternatif perenungan spiritual yang lembut namun dalam. Keteladanan yang pantas diapresiasi, dilestarikan dan di jiwai. Sebuah kearifan budaya lokal yang mencoba bertutur tentang filosofi dan makna kesejatian hidup. Bujang Ganong telah tampil ke depan melompat jauh ke masa depan melebihi jamannya. Ditengah hiruk pikuk cerita fiksi tokoh dan karakter kepahlawanan asing, Bujangganong mencoba menerobos ke pusat jantung modernitas yang cenderung absurd.

Featured post

Hasil rapat anak" GWSM yang di selenggarakan beberapa minggu lalu menghasilkan beberapa point" penting untuk kemajuan Garuda Wi...